{[["☆","★"]]}
Hari ini saya kesal sekali. Sebenarnya hanya oleh permasalahan sepele, yaitu pengebalian ongkos yang kurang. Saya sudah menyebutkan secara jelas dari mana saya naik. Semua sopir angkot tahu dari rumah ke kantor itu tarif ongkosnya hanya rp 1000,00. Saya membayar dengan uang lima ribuan. Ketika dia mengulur uang kembalian ternyata uang hanya tiga ribu rupiah. Ketika saya menunjukkan uang nya hanya tiga lembar dia mengambil lagi gopekan, sambil menggeber mobilnya. Saya di paksa bayar rp 1500 , ongkos terjauh untuk jurudan A sampai B. Bukan nilai uangnya yang bikin saya kesal, tetapi bagi saya ini adalah menyangkut hal prinsip. Yaitu menyerobot hak. Sekali lagi, ini menyangkut hak dan kewajiban, serta kejujuran yang bagi saya masalah yang sangat prinsip. Selama ini , saya paling tidak suka kalau hak saya di langgar orang. Sebagai konsekuensinya, saya juga selalu untuk tidak melanggar hak orang lain. Saya tidak suka di seorbot ketika anter. Sayapun berusaha tidak menyerobot antrean orang. Saya berusaha menyebrang ketika lampu traffic light sudah merah. Namun. Saya juga tidak suka jika saat lampu merah dan pejalan kaki menyebrang , masih saja ada mobil atau motor yang menerobos lampu merah.
Sat saya mencoba mengingat ingat, ternyata ini bukan pertama dalam hari ini. Sehari sebelumnya saya di turunkan angkot sebelum sampai tujuan karna angkot mau muter. sebelumnya lagi ketika saya membeli buah di pasar ternyata timbangannya di kurangi hingga dua ons.sebelumnya lagi ketika saya membayar ongkos dengan dua puluh ribuan. Sopir langsung kabur, pernah pula saya di minta membayar Rp.2000,00 padahal setahu saya tidak ada angkot yang ongkos rute terjauhnya Rp.2000,00. Memang benar, ternyata dari mereka yang biasa naik angkot tersebut. Ongkos terjauhnya hanya Rp.1700,00.
Duh kenapa ini?
Saya heran juga kesal. Apakah nyaris seluruh manusia indonesia adalah para penyerobot hak? Dan suka aji mumpung? Tak peduli dengan aturan, apalagi hak orang lain. Yang penting dirinya mendapat tambahan? tidakkah mereka sadar bahwa sesuatu yang di peroleh tanpa hak itu tidak berkah dna nanti pada akhirnya menjadi bumerang?
Apakah ini akibat sisitem hidup bernegara dan bermasyarakat yang tidak beres? Hingga akhirnya membudaya: setiap orang menjadi egois dan hanya memikirkan kepentingan dan keuntungans endiri, terutama kaum penguasa( pemerintah maupun ekonomi ) sehingga rakyat bawah yang tergencet pun membalas dengan menggencet siapapun yang bisa di gencet? Hingga penyerobotan hak ini hampir menjadi kekainbalan yang membudaya ? Jadilah permasalahan ini lingkaran setan yang tak jelas uji pangkalnya. jadilah permasalahan ini bagai benang kusut yang sulit di uraikan.
Aduh saya pusing! Amat pusing!
Namun mengapa juga harus pusing? Bahkan sebenarnya setiap kita punya kemampuan berkontribusi dan berbuat untuk emncoba memutus lingkaran setanya? Bukankan kita punya kemampuan untuk sedikit mengurai kekusutanya? Jika setiap orang berusaha mempertahankan hak kita dari serobotan orang ldan setiap orang dari kita berusaha untuk tidak menyerobot hak orang lain. Tidakkah itu akan membawa kepada perubahaan besar? Alih alih kita mengikuti arus, menyerobot hak orang lain karena merasa sering di serobot, lebih baik kita mulai dari sekarang untuk membayar sesuai ongkos, tidak menyerobot antrean dan aturan main yang telah di tetapkan.
Ssst. Diam diam saya berinstrospeksi, apakah saya telah melanggar hak orang lainakhir akhir ini sehingga banyak hak saya di serobot orang pula? (azimah rahayu)
Posting Komentar